ROASTERY Edit
Roastery merupakan salah satu bidang pekerjaan yang ada di dunia perkopian. Istilah ini dalam bahasa keseharian bisa kita sebut " tukang goreng kopi". Awal bisnis kopi kami, adalah menjual bubuk kopi ekselsa. Tahun 2015 lalu, kami menggoreng kopi dengan wajan tanah dan tungku api. Dengan kemampuan menggoreng alakadarnya yang kami warisi dari tradisi keluarga. Juga dengan citarasa kopi tubruk ala lidah orang desa.
"there is a will, there is a way", mungkin itu adalah istilah yang cocok. Dengan awal yang penuh ketidak tahuan. Akirnya satu-persatu wawasan kami terbuka. Mulai dari perkenalan dengan ahli kopi dari Puslitkoka Jember. Yang ternyata masih satu almamater saat kuliah. Hingga perkenalan dengan banyak kawan di dunia perkopian. Wawasan kami bertambah. Tahun lalu, kami memberanikan diri membeli sebuah mesin roasting dari Puslitkoka Jember. Dengan modal sokongan dari orang tua. Maklum, untuk modal barang seharga puluhan juta, adalah hal yang mustahal bagi kami.
Alhamdulillah, ketika berjumpa dengan Kepala Alsintan di Puslitkoka Jember, mesin sangrai yang termurah ini lagi promosi dan diskon 50%. Sengaja ditujukan untuk UKM seperti kami. Dengan kapasitas 1 kg. Menggunakan daya listrik yang sangat minimalis. Dan tentunya diskon menarik untuk merangsang UKM kecil seperti kami. Akirnya, ICCRI roasted machine ini terbeli dan lunas sudah Ramadhan kemarin.
Rumah sangrai kami bernama "de Luffy, artisan coffee roastery". Dengan logo kucing, yang merupakan salah satu anggota keluarga kami, luffy. Saya senang memakai kata artisan. Yang secara harfiah dapat diartikan, pekerjaan yang dilakukan dengan tangan secara sepenuh hati. Mencerminkan bahwa usaha kopi yang kami lakukan, tulus dari hati. Mungkin jumlahnya tidak banyak. Mungkin keuntungannya tidak melimpah ruah. Namun, hati kami diliputi kebahagiaan dan kesyukuran. Bisa membantu petani kopi kami berkiprah dan mendapatkan nilai tambah yang lebih baik.
Roastery di rumah sangrai kami ada dua. Saya dan suami. Belajarnya otodidak saja. Dengan penguasaan pemahaman alat dari teknisi Puslitkoka. Yang membantu kami membetulkan mesin. Dan mengajari kami cara menroasting kopi. Selain itu beberapa ahli citarasa kopi dari Puslitkoka juga banyak membantu kami cara menyangrai. Meski beliau-beliau sering blang. Bahwa teknik menyangrai kopi tergantung dari feeling, kemampuan dan kebiasaan penyangrai sendiri. Karena setiap rumah sangrai memiliki karakteristik yang berbeda dengan rumah sangrai lainnya.
Jasa roastery sangat beragam. Biasanya tergantung dari kemampuan sang penyangrai dan alat yang digunakan. Di kota besar umumnya jasa menyangrai dihargai Rp. 20.000,- hingga Rp. 40.000,00 per kilonya. Sedangkan ditempat kami Rp. 10.000,00/kgnya. Mungkin karena rumah kami dipelosok, tidak banyak pelaku usaha kopi yang menggunakan jasa kami. Kebanyakan memilih jasa sangrai dalam jumlah batch besar dan kualitas kopi asalan.
Tiap roastery memiliki segment pasar masing-masing. Hal ini juga berkorelasi dengan target konsumen yang mereka bidik dari produk yang dihasilkan. Kalau saya bilang, setip orang memiliki rejekinya masing-masing. Tidak perlu berebut, semua sudah dijatah oleh Yang Maha Kuasa dalam jumlah yang cukup.
Setahu saya, tidak banyak roastery perempuan. Dalam beberapa kejuaraan roastery kebanyakan didominasi oleh laki-laki.Mungkin karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak melulu tentang menyangrai. Roastery juga harus memahami cara mengatur pengapian, suhu, flow/aliran udara dan feeling yang kuat tentang kopi yang sedang disangrai.
Jika kita mengingat kembali jaman dimana kopi masih disangrai manual. Kebanyakan pelaku usahanya dalah ibu-ibu. Yang tahan berpanas-pans ria didepan tungku. Sambil menyangrai kopi dan mengatur api. Disaat dunia kopi memasuki gelombang ketiga, the third wave. Selayaknya, wanita-wanita bisa tampil juga. tidak memulu didepan tungku. Namun di depan Roaster machine yang modern.
