KEANEKARAGAMAN KOPI EKSELSA Edit
Nah kali ini, kami akan
mengulas keragaman kopi ekselsa yang tumbuh di Lereng Gunung anjasmoro,
Wonosalam. ). Kopi ekselsa
dikenal juga dengan
nama latin C. Liberica var. Dewevrei. Wilayah kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang ini, tanaman kopi
ekselsa memiliki sebaran populasi terluas di Indonesia, kurang lebih 500 ha.
Jumlah ini terus menyusut karena petani lebih cenderung menggunakan kopi
ekselsa sebagai batang bawah.
Kecamatan Wonosalam sebagai
penghasil komoditas kopi
utama di Kabupaten Jombang
memiliki 7 desa utama persebaran kopi ekselsa yakni Desa Panglungan, Desa
Carangwulung, Desa Wonosalam, Desa Jarak, Desa Sambirejo, Desa Wonomerto Dan
Desa Galengdowo. Berada di ketinggian 400-800 mdpl, kawasan Pegunungan
Anjasmoro, kecamatan Wonosalam memiliki
iklim sedang Dan
sejuk. Perkebunan Kopi
ekselsa ini awalnya
adalah perkebunan Kopi milik
pemerintah Kolonial Belanda.
Yang kemudian dimiliki
oleh rakyat yang dibudidayakan di lahan
perpajakan dan lahan
perhutani (LMDH). Kopi ekselsa
ditanam dibawah pohon
naungan yang beranekaragam
mulai dari pohon buah-buahan seperti durian, Pete,
jengkol, nangka ; Naungan perdu seperti lamtoro, kaliandra, glisirida; Naungan
tanaman keras seperti pinus dan sengon.
Kekhasan dari citarasa kopi ekselsa anjasmoro diindikasikan karena
pengaruh tanaman pelindung dan tingkat kesuburan tanah. Dari uji citarasa yang
dilakukan di Laboratorium Pengujian Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia (Puslitkoka)
Jember, kopi ekselsa memiliki citarasa spicy, fruity, floraly, chocolaty. Hal
ini menjadi kekhasan yang tidak dimiliki oleh kopi lain.
Jika kita melihat keragaman kopi ekslesa sungguh bervariasi. Terdapat
puluhan hampir ratusan jenis individu kopi ekselsa yang tumbuh di berbagai
kebun kopi. Kopi ekselsa menjadi minoritas karena berbagai hal. Diantaranya :
1.
Rendemennya
kecil
biji cherry kopi ekselsa memiliki kulit luar yang tebal. Dengan lapisan gula (muchilage) yang juga tebal. Rendemen kopi ekselsa sekitar 8-10 %. Hal ini menyebabkan petani kurang tertatik membudidayakan kopi jenis ini. Karena dinilai produktivitas hasilnya cukup rendah.
2.
Pohonnya
besar
Penampilan fisik pohon kopi ekselsa cenderung besar. Dan petanipun jarang melakukan pemangkasan. Pohon kopi ekselsa tanpa dipangkas akan menjulang tinggi hingga 2 - 3 meter. Cukup menyulitkan saat panen, karena harus dipanjat dengan tangga. Ini menyebabkan biaya dan waktu panen yang bertambah.
Musim panen tahun 2018 lalu, kami
mengidentifikasi kurang lebih 14 jenis kopi ekselsa. Tujuan awal adalah untuk mencari
peluang sumber bibit unggul lokal kopi ekselsa. Penelitian dan pengamatan ini
kami lakukan di kebun milik petani lokal. Dari kebun beliau kami
mempertimbangkan beberapa aspek ekonomis yang disukai petani, yakni :
1.
Produktivitas
panen
2.
Stabilitas
produksi
3.
Kemudahan
pemetikan
Penelitian awal ini
memang belum sempurna. Namun, kami telah memiliki data dan
wawasan baru tentang
keragaman kopi ekselsa yang penilaiannya dilihat dari :
1.
Daun
: ukuran, warna flush, bentuk daun
2.
Buah
: warna, ukuran,
3.
Fisik
pohon.
Pada kenyataannya masih banyak jenis pohon ekselsa yang perlu ditelidi dan kembangkan. Semoga musim panen selanjutnya kami bisa melakukan pengamatan yang lebih baik. Keragaman plasma nutfah
merupakan suatu kekayaan biodiversyty yang tidak ternilai harganya.Hendaknya bisa terus dipelajari. Dan jika memungkinkan , bisa dikembangkan sebagai sumber bibit lokal yang akan membawa kemajuan ekonomi dan lingkungan.